Selasa, 01 Februari 2011

^"Bahayanya Berprasangka Buruk"^

Menggunjing

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka Menggunjing
periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."

INILAH SIFAT-SIFAT KHAWARIJ MUQADDIMAH
Khawarij mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat yg menonjol. Sebaik-baik orang yg meluruskan sifat-sifat ini ialah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan sifat-sifat kaum ini dalam hadits-hadits yg mulia.
Disini akan dipaparkan penjelasan sifat-sifat tersebut dgn sedikit keterangan, hal itu mengingat terdpt beberapa perkara penting, antara lain :
Dengan mengetahui sifat-sifat ini akan terbukalah bagi kita ciri-ciri ghuluw (berlebih-lebihan) dan pelampauan batas mereka, dan tampaklah di mata kita sebab-sebab serta alasan-alasan pendorong yg menimbulkan hal itu. Dalam hal yg demikian itu akan menampakkan faedah yg tak terkira.
Keberadaan mereka akan tetap ada hingga di akhir zaman, seperti dikabarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu riwayat. Oleh krn mengetahui sifat-sifat mereka ialah mrpk suatu perkara yg penting.
Dengan mengetahui sifat mereka dan mengenali keadaan akan menjaga diri dari terjatuh ke dalamnya. Mengingat barangsiapa yg tdk mengetahui keburukan mereka, akan terperangkap di dalamnya. Dengan mengetahui sifat mereka, akan menjadikan kita waspada terhadap orang-orang yg mempunyai sifat-sifat tersebut, sehingga kita dpt mengobati orang yg tertimpa dgnnya.
Berkenan dgn hal ini akan kami paparkan sifat-sifat tersebut berdasarkan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg mulia.

[1]. SUKA MENCELA DAN MENGANGGAP SESAT
Sifat yg paling nampak dari Khawarij ialah suka mencela terhadap para Aimatul Huda (para Imam), menganggap mereka sesat, dan menghukum atas mereka sebagai orang-orang yg sudah keluar dari keadilan dan kebenaran. Sifat ini jelas tercermin dalam pendirian Dzul Khuwaishirah terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dgn perkataa : “Wahai Rasulullah berlaku adillah”. [Hadits Riwayat Bukhari VI/617, No. 3610, VIII/97, No. 4351, Muslim II/743-744 No. 1064, Ahmad III/4, 5, 33, 224].
Dzul Khuwaishirah telah menganggap diri lebih wara’ daripada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menghukumi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang yg curang dan tdk adil dalam pembagian. Sifat yg demikian ini selalu menyertai sepanjang sejarah. Hal itu mempunyai efek yg sangat buruk dalam hukum dan amal sebagai konsekwensinya. Berkata Ibnu Taimiyah tentang Khawarij :”Inti kesesatan mereka ialah keyakinan mereka berkenan dgn Aimmatul Huda (para imam yg mendpt petunjuk) dan jama’ah muslimin, yaitu bahwa Aimmatul Huda dan jama’ah muslimin semua sesat. Pendpt ini kemudian di ambil oleh orang-orang yg keluar dari sunnah, seperti Rafidhah dan yg lainnya. Mereka mengkatagorikan apa yg mereka pandang kedzaliman ke dalam kekufuran”. [Al-Fatawa : XXVIII/497].

[2]. BERPRASANGKA BURUK [SU’UDZAN].
Ini ialah sifat Khawarij lain yg tampak dalam hukum syaikh mereka Dzul Khuwaishirah si pandir dgn tuduhan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tdk ikhlas dgn berkata :
“Arti : Demi Allah, sesungguh ini ialah suatu pembagian yg tdk adil dan tdk dikehendaki di dalam wajah Allah”. [Hadits Riwayat Muslim II/739, No. 1062, Ahmad IV/321].
Dzul Khuwaishirah ketika melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membagi harta kpd orang-orang kaya, bukan kpd orang-orang miskin, ia tdk menerima dgn prasangka yg baik atas pembagian tersebut.
Ini ialah sesuatu yg mengherankan. Kalaulah tdk ada alasan selain pelaku pembagian itu ialah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam cukuplah hal itu mendorong untuk berbaik sangka. Akan tetapi Dzul Kuwaishirah enggan untuk itu, dan berburuk sangka disebabkan jiwa yg sakit. Lalu ia berusaha menutupi alasan ini dgn keadilan. Yang demikian ini mengundang tertawa iblis dan terjebak dalam perangkapnya.
Sehrs seseorang itu introspeksi, meneliti secara cermat dorongan tindak tanduk dan maksud tujuan serta waspada terhadap hawa nafsunya. Hendaklah berjaga-jaga terhadap manuver-manuver iblis, krn dia banyak menghias-hiasi peruntukan buruk dgn bungkus indah dan rapi, dan membaguskan tingkah laku yg keji dgn nama dasar-dasar kebenaran yg mengundang seseorang untuk menentukan sikap menjaga diri dan menyelamatkan diri dari tipu daya setan dan perangkap-perangkapnya.
Jika Dzul Khuwaishirah mempunyai sedikit saja ilmu atau sekelumit pemahaman, tentu tdk akan terjatuh dalam kubangan ini.
Berikut kami paparkan penjelasan dari para ulama mengenai keagungan pembagian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hikmah yg tinggi dalam menyelesaikan perkara.
Berkata Syaikh Islam Ibnu Taimiyah :” Pada tahun peperangan Hunain, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membagi ghanimah (rampasan perang) Hunain pada orang-orang yg hati lemah (muallafah qulubuhum) dari penduduk Najd dan bekas tawanan Quraisy seperti ‘Uyainah bin Hafsh, dan beliau tdk memberi kpd para Muhajirin dan Anshar sedikitpun.
Maksud Beliau memberikan kpd mereka ialah untuk mengikat hati mereka dgn Islam, krn keterkaitan hati mereka dgn mrpk maslahat umum bagi kaum muslimin, sedangkan yg tdk beliau beri ialah krn mereka lebih baik di mata Beliau dan mereka ialah wali-wali Allah yg bertaqwa dan seutama-utama hamba Allah yg shalih setelah para Nabi dan Rasul-rasul.
Jika pemberian itu tdk dipertimbangkan untuk maslahat umum, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tdk akan memberi pada aghniya’, para pemimpin yg dita’ati dalam perundangan dan akan memberikan kpd Muhajirin dan Anshar yg lebih membutuhkan dan lebih utama.
Oleh sebab inilah orang-orang Khawarij mencela Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dikatakan kpd beliau oleh pelopor :” Wahai Muhammad, beruntuk adillah. Sesungguh engkau tdk berlaku adil “. dan perkataan :” Sesungguh pembagian ini tdk dimaksudkan untuk wajah Allah …..”. Mereka, meskipun banyak shaum (berpuasa), shalat, dan bacaan Al-Qur’annya, tetapi keluar dari As-Sunnah dan Al-Jama’ah.
Memang mereka dikenal sebagai kaum yg suka beribadah, wara’ dan zuhud, akan tetapi tanpa disertai ilmu, sehingga mereka memutuskan bahwa pemberian itu semesti tdk diberikan kecuali kpd orang-orang yg berhajat, bukan kpd para pemimpin yg dita’ati dan orang-orang kaya itu, jika di dorong untuk mencari keridhaan selain Allah -menurut persangkaan mereka-.
Inilah kebodohan mereka, krn sesungguh pemberian itu menurut kadar maslahah agama Allah. Jika pemberian itu akan semakin mengundang keta’atan kpd Allah dan semakin bermanfaat bagi agama-Nya, maka pemberian itu jauh lebih utama. Pemberian kpd orang-orang yg membutuhkan untuk menegakkan agama, menghinakan musuh-musuhnya, memenangkan dan meninggikan lebih agung daripada pemberian yg tdk demikian itu, walaupun yg kedua lebih membutuhkan”. [Lihat Majmu’ Fatawa : XXVIII/579-581, dgn sedikit diringkas].
Untuk itu hendaklah seseorang menggnkan bashirah, lebih memahami fiqh dakwah dan maksud-maksud syar’i, sehingga tdk akan berada dalam kerancuan dan kebingungan yg mengakibatkan akan terhempas, hilang dan berburuk sangka serta mudah mencela disertai dgn menegakkan kewajiban-kewajiban yg terpuji dan mulia.

[3]. BERLEBIHAN DALAM BERIBADAH.
Sifat ini telah ditunjukkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda :
“Arti : Akan muncul suatu kaum dari umatku yg membaca Al-Qur’an, yg mana bacaan kalian tdklah sebanding bacaan mereka sedikitpun, tdk pula shalat kalian sebanding dgn shalat mereka sedikitpun, dan tdk pula puasa kalian sebanding dgn puasa mereka sedikitpun”. [Muslim II/743-744 No. 1064].
Berlebihan dalam ibadah berupa puasa, shalat, dzikir, dan tilawah Al-Qur’an mrpk perkara yg masyhur di kalangan orang-orang Khawarij. Dalam Fathu Al-Bari, XII/283 disebutkan :”Mereka (Khawarij) dikenal sebagai qura’ (ahli membaca Al-Qur’an), krn besar kesungguhan mereka dalam tilawah dan ibadah, akan tetapi mereka suka menta’wil Al-Qur’an dgn ta’wil yg menyimpang dari maksud yg sebenarnya. Mereka lebih mengutamakan pendptnya, berlebih-lebihan dalam zuhud dan khusyu’ dan lain sebagainya”.
Ibnu Abbas juga telah mengisyaratkan pelampauan batas mereka ini ketika pergi untuk mendebat pendpt mereka. Beliau berkata :”Aku belum pernah menemui suatu kaum yg bersungguh-sungguh, dahi mereka luka krn sering sujud, tangan mereka seperti lutut unta, dan mereka mempunyai gamis yg murah, tersingsing, dan berminyak. Wajah mereka menunjukan kurang tidur krn banyak berjaga di malam hari”. [Lihat Tablis Iblis, halaman 91]. Pernyataan ini menunjukkan akan ketamakan mereka dalam berdzikir dgn usaha yg keras.
Berkata Ibnul Jauzi :”Ketika Ali Radhiyallahu ‘Anhu meninggal, dikeluarkanlah Ibnu Maljam untuk dibunuh. Abdullah bin Ja’far memotong kedua tangan dan kedua kakinya, tetapi ia tdk mengeluh dan tdk berbicara. Lalu dicelak kedua mata dgn paku panas, ia pun tdk mengeluh bahkan ia membaca :
“Arti : Bacalah dgn (menyebut) nama Rabb-mu yg menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”. [Al-’Alaq : 1-2].
Hingga selesai, walaupun kedua mata meluluhkan air mata. Kemudian setelah mata diobati, ia akan di potong lidahnya, baru dia mengeluh. Ketika ditanyakan kpd :”Mengapa engkau mengeluh ?. “Ia menjawab ;”Aku tdk suka bila di dunia menjadi mayat dalam keadaan tdk berdzikir kpd Allah”. Dia ialah seorang yg ke hitam-hitaman dahi bekas dari sujud, semoga laknat Allah padanya”. [Tablis Iblis, hal. 94-95].
Mekipun kaum Khawarij rajin dalam beribadah, tetapi ibadah ini tdk bermanfa’at bagi mereka, dan mereka pun tdk dpt mengambil manfaat darinya. Mereka seolah-olah bagaikan jasad tanpa ruh, pohon tanpa buah, mengingat ahlaq mereka yg tdk terdidik dgn ibadah dan jiwa mereka tdk bersih krn serta hati tdk melembut. Padahal disyari’atkan ibadah ialah untuk itu. Berfirman yg Maha Tinggi :
“Arti : ….Dan tegakkanlah shalat. Sesungguh shalat itu mencegah dari (peruntukan-peruntukan) keji dan mungkar ……”. [Al-Ankabut : 45]
“Arti : ….Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. [Al-Baqarah : 183]
Tidaklah orang-orang bodoh tersebut mendptkan bagian dari qiyamu al-lail- kecuali ha jaga saja, tdk dari puasa kecuali lapar saja, dan tdk pula dari tilawah- kecuali parau suaranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar